“Sungguh suatu ironi, bahwa di saat-saat negara-negara maju sedang berusaha memperlebar dan memperdalam rasa persatuan dan kesatuan mereka seperti di Eropa Barat, Indonesia justru memperlihatkan gejala-gejala perpecahan” (Prof. Dr. Hasjim Djalal, MA)
Pada tahun-tahun politik seperti sekarang ini, masyarakat akan melaksanakan pemilihan pemimpin yang akan memimpin lima tahun kedepan. Dalam politik tentu saja akan ada persaingan antara partai politik maupun calon pemimpin.
Dampak negatif yang sering terjadi dari tahun ke tahun, ketika menjelang pemilu masih tidak bisa terlepas dari pemasalahan SARA, pembulian (pembunuhan karakter baik kepada calon ataupun tim sukses).
Dalam sosial media kita sudah banyak dibanjiri berbagai macam postingan-postingan tentang politik disertai komentar-komentar tajam dan pedas. Sosial media berubah menjadi palagan mencekam. Syahwat Politik ugal-ugalan membuat para peserta politik tentunya akan menyerang satu sama lain dan mencari kelemahan satu sama lain.
Dalam politik hal itu lumrah terjadi, namun jika dilakukan secara tidak sehat maka akan terjadi disintegrasi bangsa bahkan perpecahan. Seperti menyebar berita hoaks atau berita bohong.
Menurut Unesco, tingkat literasi Indonesia hanya berada di peringkat 60 dari 61 negara yang disurvei. Rendahnya tingkat literasi di Indonesia, menyebabkan berita bohong atau hoaks gampang disebar karena masyarakat Indonesia saat ini cenderung kurang detail dan teliti dalam memahami informasi yang beredar.
Selengkapnya / sumber