Menjaga Hubungan Persahabatan di Media Sosial


Media sosial membawa perubahan dalam kehidupan sehari-hari kita. Media sosial memungkinkan kita menyiarkan minat-minat personal kita dalam bentuk-bentuk yang tak terbilang banyaknya, termasuk pandangan politik, pada orang banyak.



Sekarang, semua orang, dari politikus hingga warga biasa, dengan akses ke media sosial memiliki panggung untuk membagi pandangan mereka.

Dengan pemilihan kepala daerah dan pemilihan presiden di depan mata, kita akan melihat semakin maraknya perdebatan politik di media sosial. Kita perlu mawas diri agar keterlibatan kita dalam media sosial tidak mengganggu hubungan yang kita punyai sekarang.

Walaupun menyadari sepenuhnya bahwa menyingkirkan semua akses ke media baru itu nyaris mustahil, saya yakin ada cara-cara yang bisa kita tempuh agar kita tidak begitu menjengkelkan bagi, atau jengkel dengan, teman-teman Whatsapp kita.

Kendalikan diri dengan memperhatikan antara lain:

Hindari perdebatan tidak berguna

Perdebatan di Whatsapp bisa berubah menjadi pertengkaran yang memutus ikatan sosial.

Mungkin akan lebih baik bila kita tak acuh saja. Strategi deradikalisasi pandangan ideologis/politik esktrem yang terbaik seharusnya datang dari perenungan pribadi, bukan dari tekanan orang lain.

Periksa tiga kali sebelum mengirim di media sosial

Berita palsu dan hoaks selalu berisi unsur-unsur emosional dan itu sebabnya bisa menyebar lebih cepat dari berita sungguhan. Berita palsu sering membangkitkan emosi kita; sehingga mengundang perilaku impulsif.

Sebelum memutuskan apa yang akan dikirim, ada baiknya menimbang konsekuensi terburuk apa yang mungkin ditimbulkan dari kiriman tersebut.

Tanyakan kepada diri sendiri sebelum mengirim: apakah kita akan memberikan sumbangan positif atau apakah kiriman ini akan berakhir dengan pertikaian tak jelas lagi. Jika jawaban untuk pertanyaan pertama adalah tidak dan untuk yang kedua adalah ya, sebaiknya hindari tombol “kirim”.

Sesekali lakukan diet media sosial

Kita tidak punya kendali atas kehidupan orang lain, jadi alangkah baiknya tidak merepotkan diri dengan apa yang harus dilakukan orang lain.

Ketika kejengkelan mulai menjadi tak tertahankan, melakukan diet media sosial akan jauh lebih membantu daripada memutus pertemanan dengan teman-teman Whatsapp kita.

Menghentikan pertemanan dengan teman-teman Whatsapp berpotensi memerangkap kita dalam gelembung politik dan menjadikan kita kurang toleran dengan pandangan-pandangan yang berseberangan.

Pandangan politik itu tidak selaras dengan kepribadian

Kita seringkali tidak bisa membedakan pendirian politik seseorang dengan kepribadian seseorang yang terlihat di dunia nyata.

Teman yang membuat status politik menjengkelkan boleh jadi adalah pribadi yang hangat dan baik hati dalam kehidupan sesungguhnya saat kita bertemu langsung.

Media sosial ternyata tidak memperlihatkan orang lain sebagai totalitas, dan sering membuat kita memandang orang hanya dari sikap politiknya berseberangan dengan kita. Sekali lagi ini membuktikan media sosial sebagai tempat berbahaya bagi percakapan tentang politik, terutama ketika dialog terjadi antara dua orang yang merepresentasikan dua pihak yang berseberangan.

Walaupun ada sebuah studi yang mengonfirmasi bahwa media sosial berguna dalam mendorong proses musyawarah yang demokratis, jika orang ingin membicarakan politik elektoral, saya sangat menganjurkan untuk melakukannya dalam sebuah percakapan tatap muka yang sehat. (*)

Sumber
Lebih baru Lebih lama