Tanpa judul


Saat saya dan Anda masih kecil, orang dewasa di sekitar kita akan menasihati kita agar menggantungkan cita-cita setinggi langit. Jangan takut untuk bermimpi, langit adalah batasnya. Dan karena langit tak berbatas, berarti impian dan cita-cita kita juga tak berbatas. Saya ingat betul bagaimana cita-cita menjadi seorang Penerbang, ya benar Kapten (Pnb).

Saat kita beranjak dewasa, orang-orang itu akan menasihati kita agar jangan mimpi terlalu tinggi, karena kalau jatuh atau tidak tercapai kita akan SAKIT. Benar-benar nasihat yang bertolak belakang 180 derajat. Sudalah, sekolah saja yang benar, kita ini keturunan mana mungkin bisa jadi tentara. Begitu nasihat ibuku.
Saya hanya diam dan berusaha memahami, serta meyakinkan bahwa tidak mungkin seperti saya ini akan mencapai cita-cita yang diharapkan.

Sebagai seorang anak, saya hanya bisa mengikuti apa yang disampaikan oleh Ibu saya, tanpa bermaksud untuk melawan atau menentang apa yang telah disampaikan oleh beliau. Sejak kecil saya selalu menghormati Ibu saya, apa yang beliau sampaikan saya ikuti saja. Bahkan untuk urusan sekolah pun saya mengikuti apa yang beliau inginkan. Sampai kelas 2 SMA saya tidak mengenal sekolah-sekolah lain selain yang saya ikuti. (Hahaha).

Untuk sukses kita perlu belajar dari anak kecil. Selain tidak takut apa pun, anak kecil juga sangat keras kemauannya. Seorang anak akan menangis sedemikian rupa, atau marah sedemikian rupa untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Kita bisa belajar dari “keuletan” anak kecil untuk meraih keinginannya.

Gagal dan sukses itu seperti permainan dadu. Lima sisi dadu adalah gagal dan angka 6 adalah sukses. Semakin sering kita melempar dadu, semakin besar kemungkinan kita mendapatkan angka 6. Semakin sering kita mencoba dan gagal, berarti semakin dekat kita dengan kesuksesan.

Sukses hanya masalah statistik, masalah waktu, masalah hitung-hitungan saja.

Jadi sudah berapa banyak kegagalan yang Anda dapatkan?


https://www.williamsetiadi.com/belajar-kegagalan/
Lebih baru Lebih lama