Pribadi bijak di jaman modernisasi saat ini merupakan bentuk sikap yang patut diapresiasi penuh. Cara menerima informasi dengan bijak adalah hal yang harus tertanam pada setiap individu.
Berita hoax di media sosial saat ini menjadi boomerang yang mematikan di Negara +62 ini, maraknya berita yang disebar luaskan tanpa proses literasi mendalam membuat pelaku yang berniat menyebar hoax akan tertawa gemas melihat perilaku masyarakat yang kian mudah percaya akan berita yang di usung. Bukan hal yang wajar, apabila masyarakat menerima muatan tanpa sumber terpercaya. Nampaknya nominasi “Negara tersantai di dunia” ini menjadi salah satu faktor betapa mudahnya masyarakat mempercayai suatu berita, karena sikap santai nya itu membuat seseorang tak mau mencari data-data pendukung terkait berita yang tersebar. Padahal cukup dengan googling saja masyarakat akan mampu mencari data pendukung yang relevan terkait berita yang patut dipertanyakan sumber kebenarannya.
Dalam berita intainews.com, Agustina (2017) menuliskan bahwa di Indonesia hoax juga dapat membuat seseorang kehilangan nyawa. Di Kalimantan Barat pada tahun 2017. Seorang pria berumur 53 tahun tewas diamuk massa karena dituduh sebagai penculik anak. Saat itu almarhum berniat untuk menjenguk cucunya yang baru lahir di rumah anaknya, namun saat itu dirinya kebingungan mencari rumah anaknya. Tanpa berusaha mencari informasi lebih lanjut, para warga lantas mengeroyok pria itu hingga tewas.
Bisa dilihat bahwasannya apabila sebuah berita tanpa kebenaran yang akurat (hoax) mampu membuat Indonesia menjadi terpecah, orang-orang saling beranggapan hal negatif atas prilaku seseorang sebab ketidakjelasan kabar yang beredar pada masyarakat, naasnya bukan hanya perpecahan yang timbul akibat hoax, lebih parahnya lagi dapat merenggut nyawa seseorang yang jelas-jelas tidak bersalah. Bukan hanya itu, secara logika saja banyak di jaman sekarang yang memberitakan mengenai kandungan berbahaya pada suatu brand terkenal, oknum mengusungkan sebuah berita akan kandungan berbahaya dalam brand tersebut tanpa adanya bukti yang kuat seperti hasil penelitian di laboratorium, namun dengan mudahnya masyarakat percaya tanpa melihat keakuratan sumber berita, kemudian landasan kuat apa yang dikemukakan dalam berita tersebut. Maka hal yang terjadi adalah adanya rasa kekhawatiran di kalangan masyarakat untuk mengkonsumsi makanan dari brand tersebut, sehingga adanya kerugian bagi perusahaan, namun bagi penyebar berita hoax tersebut adalah suatu profit tersendiri karena sudah mampu membuat brand tersebut mengalami penurunan produksi. Permainan perdagangan seperti itu sudah banyak kita lihat di media sosial, padahal secara fakta brand tersebut jelas aman untuk dikonsumsi berdasarkan hasil penelitian laboratorium.
Cara masyarakat menerima suatu informasi di era sekarang adalah hal yang sangat salah, tanpa tertanamnya budaya literasi membuat suatu berita dengan mudahnya dikonsumsi oleh masyarakat, dapat kita lihat beberapa dampak negatif dari mudahnya menerima suatu berita tanpa literasi mendalam diantaranya :
1. Menimbulkan perpecahan antara masyarakat.
2. Adanya pihak yang dirugikan padahal tidak bersalah.
3. Menimbulkan kecemasan di kalangan masyarakat.
4. Berorientasi pendek dalam mengambil keputusan.
5. Enggan mencari kebenaran
6. Meninggalnya seseorang yang terkena fitnah.
Di masa depan, apabila generasi millenial masih tetap berpikiran dengan pendek tanpa adanya keinginan untuk mencari literature yang relevan akan suatu berita, maka justru pembangunan di Negara ini tidak akan pernah maju, sekalipun Negara ini mampu berkembang dalam bidang teknologi, science dan aspek lainnya di 5 tahun kedepan, hal yang sangat mungkin terjadi adalah sikap non-sportifitas dengan pesaingnya. Lalu apabila hal itu terjadi, bagaimana sikap pemimpin Negara ini? Sikap non sportif yang tertanam justru membuat seorang pemimpin tak patut dikatakan pemimpin. Jika semua pemimpin Negara ini bersikap demikian, maka pembangunan di Negara ini justru akan hancur terpecah belah, karena adanya rasa saling ingin menjatuhkan dengan cara yang picik. Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945 hanyalah akan menjadi sejarah di 5 tahun kedepan apabila generasi millennial enggan bijak dalam bersikap, dan enggan memperkaya data.
Namun hal tersebut dapat kita hindari sejak dini, apabila generasi millennial memiliki tekad untuk tidak mudah menerima informasi yang tak akurat, mampu berfikir secara logis, bersikap bijak serta mau memperkaya data untuk memperkuat kebenaran suatu berita. Bukan hanya persatuan dan kesatuan, sikap saling percaya akan menumbuhkan kemerdekaan yang damai di Negara ini, begitupun pembangunan Negara yang akan kian pesat karena bersatunya pemikirian ideal, cerdas dan bijak sehingga 17 Agustus 2024/2025 dan ke depannya lah yang akan menjadi sejarah gemilang yang tak kalah hebatnya, karena generasi millennial sekarang mampu bangkit dan menolak hoax untuk menyebar dan merasuki pemikirannya dengan landasan yang kuat.
Pribadi bijak, memperkaya data bukan hanya akan menjadi pemimpin besar, namun juga jika seorang individu yang luas pemikirannya mengenai suatu informasi justru akan menjadikannya sebagai pribadi yang dibutuhkan banyak orang. Memperkaya data sama halnya dengan membuka jendela dunia. Maka dari itu ayo mulai dari sekarang jadilah pribadi bijak, memperkaya data untuk menolak keras hoax dan menjadi pribadi yang lebih bijaksana dengan pengetahuan, agar 5 tahun ke depan Indonesia menjadi Indonesia yang benar-benar merdeka.
***
Agustus 15, 2019
Oleh : Syifa Khaerunnisa Firmansyah