Dokter Bicara

PENCEGAHAN, BUKAN BERARTI MENEBAR KEPANIKAN



COVID-19 Penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-cov-2 (sering disebut virus corona) sudah semakin menyebar luas. Pasien meninggal dunia terbaru dilaporkan di Solo, dari keterangan rumah sakit pasien tersebut tidak ada riwayat ke luar negeri (transmisi lokal) (1).


Apakah kita harus panik ?
Sebelum virus corona merebak, ada wabah yang mirip yaitu SARS (tahun 2003) dan MERS (tahun 2012 ). Pengalaman dari dua penyakit itu yang membuat dunia begitu waspada. Data yang ada pada SARS dari 100 orang yang terkena 15 orang meninggal (Case-Fatality Rate/CFR : 15%) (2), sedangkan MERS lebih parah lagi dari 100 orang yang terinfeksi, 34 orang meninggal (CFR 34.4%) (3).

Bagaimana dengan COVID-19, data hingga saat ini CFR pada COVID-19 sebesar 3.68% (4). Data lebih detail menunjukkan bahwa yang meninggal mayoritas lansia (usia lebih dari 60 tahun) dan telah memiliki penyakit penyerta seperti penyakit jantung, diabetes, penyakit pernafasan kronis, hipertensi dan kanker (5).

Bagi kita yang tidak termasuk lansia dan sehat (tidak punya penyakit kronis) dan tidak memiliki masalah imunitas/daya tahan tubuh baik, COVID 19 (itupun kalau kita terinfeksi) biasanya menimbulkan gejala ringan, yang gejalanya tidak beda dengan flu biasa. Artinya apa? Jikapun kita positif COVID-19, tidak perlu panik karena mayoritas gejalanya ringan dan akan sembuh, sebagian kecil lainnya memang berkembang menjadi penyakit yang berat, data di china menunjukkan hal itu (5). Apalagi kalau belum kena, jadi tidak ada alasan untuk panik.

Lalu kalau begitu mengapa berbagai negara bahkan melakukan strategi ekstrim ? seperti melakukan “lockdown” di berbagai kota. Terakhir di Manila, Filipina, kota dengan penduduk 12 juta orang, menutup jalur darat, laut, dan udaranya (6)

Untuk menjawab itu mari kita lihat data lagi, dengan CFR 3.68% yang artinya yang meninggal adalah 3.68 orang per 100 yang terinfeksi. Dalam arti lain, pasien tersebut adalah pasien yang sakit berat dan akhirnya meninggal, sedangkan untuk merawat satu orang dengan kasus berat saja butuh begitu banyak sumber daya, jadi bisa dibayangkan berapa banyak fasilitas medis yang dibutuhkan. Dan lagi jangan hanya melihat berapa persen kematiannya, tapi juga lihat berapa persen pasien yang membutuhkan perawatan di Rumah sakit, data di china misalnya, pada tanggal 11 februari 2020, ketika CFR 2.3%, kasus COVID-19 yang parah (severe case) sebesar 14%, dan kasus kritis (critical case) sebesar 5% (5).

Artinya jika kasus COVID seperti di China sebesar lebih dari 80 ribu kasus positif berapa sarana kesahatan yang dibutuhkan, atau mengambil contoh terbaru, Italia yang sekarang kasusnya meningkat drastis (17 ribu kasus positif hanya dalam belasan hari) maka dibutuhkan
setidaknya 2380 bed rumah sakit, dan 850 ruang perawatan intensif. Jika itu terjadi di negara kita, bisa kolaps sistem kesehatan kita. Tentu kita sangat berharap hal tersebut tidak terjadi di negara kita.

Kedua, bagi kita yang bukan lansia dan sehat, tidak perlu khawatir, COVID-19 sulit dibedakan dengan flu biasa, tapi jika tidak waspada, kita akan menularkan ke orang yang rentan. Orang tua kita yang sudah lansia, kerabat kita yang punya penyakit kronis seperti diabetes, kanker, penyakit paru atau jantung akan sangat rentan. Pasien kasus 25, yg merupakan kasus meninggal dunia pertama di Indonesia diketahui memiliki penyakit diabetes, hipertensi, hipertiroid dan penyakit paru menahun (7), lalu kasus terakhir yang meninggal di Solo, memiliki penyakit diabetes yang tidak terkontrol (8). Artinya ketika kita tidak waspada, orang-orang yang kita sayangi akan menjadi korban. Tidak hanya itu, resiko bagi tenaga kesehatan juga akan meningkat, kita ingat dokter di China yang pertama kali melaporkan tenang COVID-19 akhirnya meninggal (9),  belum lagi resiko menularkan penyakit kepada orang yang memang sedang sakit dan berobat di rumah sakit.

Untuk itu kewaspadaan itu penting dan pencegahan bukan berarti menebar kepanikan. Itulah cara, agar orang-orang yang kita sayangi yang kebetulan rentan, terhindar terkena penyakit ini.

Oleh karena itu jika institusi kita misalnya membuat kebijakan-kebijakan untuk pencegahan, ini bukan berarti turut menebarkan ketakutan dan kepanikan, tapi itu sumbangsih kita untuk kepentingan yang lebih besar.

Sekali lagi, jika anda sehat, tidak punya penyakit kronis, tidak dalam terapi penekan imunitas (immunocompromised) dan tidak tergolong lansia. tidak perlu khawatir. Mari kita bersama-sama melakukan tindakan pencegahan seperti yang sudah banyak diinfokan di berbagai media.

Jika anda kebetulan sakit (apapun), mari beramal dengan mengusahakan semaksimal mungkin agar penyakit kita tidak menular pada orang lain. Co-infeksi sangat mungkin terjadi, orang yang sedang sakit daya tahan tubuhnya menurun sehingga lebih rentan terkena penyakit lain.

Jika anda kebetulan kontak dengan orang yang diduga kuat terpapar COVID-19 atau anda pulang dari negara terdampak, segera melapor baik kepada institusi anda dan ke fasilitas kesehatan di daerah anda serta menghentikan segala aktivitas di luar rumah (self quarantine), walaupun anda tidak merasakan gejala apapun. Jika merasakan gejala, tidak perlu panik, lapor kepada petugas kesehatan dan ikuti saran yang diberikan.

Kalau kita lakukan semua itu, mudah-mudahan penyakit ini tidak menyerang orang-orang yang rentan tadi, sehingga kasus COVID-19 berat/parah dapat kita hindari dan minimalisir. Beban pemerintah dan institusi kesehatan secara langsung maupun tidak langsung juga akan berkurang.

Penulis:
dr. Naufal M. Nurdin M.Si
Dosen IPB - Bogor
Dokter Lulusan FK UB

Ditulis pada tanggal 13 Maret 2020, seluruh sumber diakses pada tanggal tersebut.

(1) https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200313142145-20-483153/pasien-meninggal-di-solo-ada-riwayat-ikut-seminar-di-bogor
(2) https://www.who.int/csr/sars/en/WHOconsensus.pdf
(3) https://www.who.int/emergencies/mers-cov/en/
(4) https://infeksiemerging.kemkes.go.id/situasi-infeksi-emerging/info-corona-virus/situasi-terkini-perkembangan-coronavirus-disease-covid-19-13-maret-2020/#.Xmts2C2B1N0
(5) https://ourworldindata.org/coronavirus
(6) https://cnnphilippines.com/news/2020/3/12/COVID-19-Metro-Manila-restrictions-Philippines.html
(7) https://tirto.id/pasien-corona-di-indonesia-meninggal-kasus-ke-25-wna-53-tahun-eEiY
(8) https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200313135029-20-483144/satu-pasien-meninggal-di-rs-moewardi-solo-positif-corona
(9) https://www.bloomberg.com/news/articles/2020-03-05/china-honors-whistle-blowing-doctor-whose-death-fueled-anger


***




Lebih baru Lebih lama