KORAMIL 2013/ SUMBER 0620 /KAB CIREBON SEDIAKAN WIFI GRATIS UNTUK BELAJAR DARING BAGI PARA PELAJAR

Para pelajar Siswa/siswi SMAN 1 Sumber di sekitar Makoramil Koramil 2013/ Sumber belajar daring di Aula Makoramil 2013/ Sumber.

CIREBON - Kapten Inf Suharyoto, SH Koramil 2013 / Sumber mempersilahkan para pelajar menggunakan wifi Koramil dalam rangka belajar daring setiap hari disesuaikan dengan jadwal pelajar masing masing, termasuk juga disediakan minum dan makanan ringan.


Para pelajar cukup terbantu dengan adanya wifi dan fasiltas lain seperti Aula untuk belajar daring yang diberikan Koramil 2013/ Sumber.

Kegiatan belajar daring tetap mengacu pada protokol kesehatan seperti jaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan.

"Semoga dengan fasilitas yang kita adakan dapat bermanfaat bagi warga sekitar Makoramil, dan semoga di tempat lain diadakan hal serupa guna membantu masyarakat kurang mampu di sekitar kita," ungkap Kapten Inf Suharyoto, SH. 

/sendi-wnd



CEK FAKTA: HOAKS VAKSIN FLU SPANYOL MEMBUNUH 50 JUTA ORANG

Beredar foto viral di Facebook setelah ramai pemberitaan soal calon vaksin virus corona covid-19. Kali ini foto tersebut mengaitkan vaksin dengan flu Spanyol.



Salah satu akun yang mengunggahnya adalah Sheila Lynch. Dia mengunggah foto tersebut pada Selasa (14/7/2020).

Dalam postingan tersebut terdapat gambar jarum suntik dan penampakan jenazah yang berjajar di sebuah ruangan. Selain itu gambar juga disertai narasi:

"The 1918 Spanish Flu did not kill 50.000.000 people! vaccines that the govt forced them to take did and they are repeating the same pattern now."

"50 million dead from 1918 flu vaccine."

Lalu benarkah vaksin flu Spanyol membunuh 50 juta orang?

Penelusuran Fakta

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri fakta dengan mengetikkan kata kunci "spanish flu vaccine killed" di mesin pencarian Google.

Hasilnya ada artikel yang membahas soal vaksin flu Spanyol ini. Seperti dari lembaga pemeriksa fakta Australia, AAP Factcheck yang menulis artikel berjudul "Flu vaccine did not kill 50 million during the 1918 Spanish Flu."

Dalam artikelnya AAP merunut pada Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat (AS) yang pernah menulis soal sejarah flu Spanyol.

Kematian akibat pandemi ini menurut CDC adalah karena kegagalan untuk isolasi, karantina, social distancing. Serta kurangnya menjaga kebersihan dan penggunaan disinfektan.

Pada tahun 1918 belum ada vaksin flu, karena vaksin ini baru ditemukan pada tahun 1940 di Amerika Serikat.

Selain itu AAP Factcheck juga meminta penjelasan dari Dr Peter Hubbins, seorang sejarawan medis khususnya terkait flu Spanyol.

"Vaksin memang agak menyakitkan saat itu dan orang yang habis divaksin akan merasa tidak enak badan. Namun sangat salah jika disebutkan vaksin membunuh 50 juta orang di dunia," ujar Peter.

Sementara BBC Reality Check juga membahas flu Spanyol ini dalam artikelnya berjudul, "Coronavirus: False and misleading claims about vaccines debunked."

Isinya menjelaskan bahwa mengutip CDC, vaksin flu saat itu belum ditemukan. Selain itu mereka juga mengutip dari sejarawan dan juga penulis, Mark Honingsbaum yang menyebut "Saat itu tidak ada yang tahu bahwa influenza adalah virus."

Kesimpulan

Foto viral di Facebook yang menyebut vaksin flu Spanyol membunuh 50 juta orang adalah hoaks.

Sumber


Lebih baru Lebih lama