MA’ARIF NU BANYUMAS BEKALI GURU PENGGERAK BENTUK TUTOR SEBAYA

Terlepas pro dan kontra lahirnya Program Organisasi Penggerak (POP) bentukan Kemendikbud, LP Ma’arif NU tetap fokus menggerakkan guru menjadi agen penggerak perubahan. Terlebih di masa pandemi, guru Ma’arif terus ditingkatkan kemampuannya untuk mengembangkan pembelajaran berbasis teknologi informasi.

WANGON - Hal itu disampaikan Ketua Pengurus Cabang LP Ma’arif NU Kabupaten Banyumas, Dr. Fauzi, M.Ag saat pembukaan training of trainer (ToT) pembelajaran berbasis teknologi informasi (IT) bagi guru Ma’arif se-Kabupaten Banyumas zona 4 di Aula MTs Ma’arif NU 1 Wangon, Kamis (27/8).



Menurutnya, penguasaan guru terhadap pembelajaran berbasis IT dibutuhkan sebagai respon atas kemajuan dunia modern. Terlebih disaat masa pandemi, sarana pendukung belajar dari rumah sangat diperlukan, yaitu penguasaan aplikasi untuk pembelajaran.

“LP Ma’arif NU terus mendidik dan menjadi garda terdepan dalam melatih guru penggerak. Guru digerakkan untuk menjadi tutor sebaya dalam meningkatkan kemampuan praktis menciptakan pembelajaran berbasis IT,” jelas Wakil Rektor I IAIN Purwokerto itu.

Fasilitator training, Edi Guntoro menjelaskan secara umum materi yang dikembangkan adalah aplikasi pembelajaran populer di media internet. Pemberian materi lebih bersifat aplikatif dan memberdayakan tutor sebaya antarpeserta.

“Peserta diantaranya mempraktekkan zoom meeting, streamyard, dan bandycam untuk latihan menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Peserta diajak mengembangkan pilihan fitur untuk penguasaan aplikasi yang lebih menarik,” paparnya.

Selain materi ini, tambah Edi Gun panggilan akrabnya, peserta praktek membuat video pembelajaran edukatif. Kelak peserta menjadi guru penggerak pembelajaran berbasis IT sebagai tutor sebaya bagi guru lain pada satuan pendidikan masing-masing.

Sementara itu fasilitator lain, Zidni Rosyadi menjelaskan penilaian berbasis online dapat menggunakan beberapa aplikasi. Peserta dapat menggunakan googleform, quizziz, dan google classroom.

“Evaluasi pembelajaran daring dilakukan secara berkala oleh guru. Prinsipnya siswa mampu mengoperasikan aplikasi yang digunakan tanpa membebani dan didukung oleh jaringan internet yang cukup,” terang Kepala MTs Ma'arif NU 1 Kebasen tersebut.

Zidni menambahkan, penilaian berbasis online disesuaikan dengan kemampuan peserta didik. Penguasaan terhadap aplikasi evaluasi pembelajaran daring akan sangat membantu siswa mengerjakan tes atau ulangan dan tugas lainnya. ***

CEK FAKTA: TERDAPAT BAJU ADAT TIONGKOK DALAM GAMBAR UANG PECAHAN 75 RIBU RUPIAH? INI FAKTANYA

Beredar foto uang baru pecahan 75 ribu rupiah yang diklaim memperlihatkan seorang anak kecil mengenakan pakaian adat Tiongkok. Foto itu beredar di media sosial dan pesan berantai WhatsApp.

Tangkapan layar pemberitaan palsu di media sosial. Foto: Facebook


Akun Facebook Didid Gaung membagikan foto tersebut pada Senin, 17 Agustus 2020. Pemilik akun juga menambahkan narasi pada unggahan fotonya, bertuliskan sebagai berikut:

"*PEMERINTAH SAAT INI BENARKAH ADA MENGELUARKAN UANG KERTAS BANK INDONESIA DENGAN NOMINAL PECAHAN UANG BERNILAI 75 RIBU dan ADA YANG TIDAK LAZIM KARENA DI UANG  INI HANYA ADA  BAJU ADAT THIONGKOK CHINA...KUMAHA TEH,KAMANA NYAK SILIWANGI...???*

Penelusuran:

Dari hasil penelusuran, klaim bahwa terdapat baju adat Tiongkok pada gambar pecahan uang 75 ribu rupiah adalah salah. Faktanya, Baju tersebut merupakan baju adat dari Suku Tidung, Kalimantan Utara.

Situs Kemdikbud.go.id, mengunggah foto identik melalui artikel berjudul "Pakaian Adat Sebagai Identitas Etnis: Rekonstruksi Identitas Suku Tidung Ulun Pagun". Pada artikel itu dijelaskan bahwa suku Tidung pada perkembangannya, juga memiliki identitas lain yang merujuk pada konteks budaya yaitu melalui pakaian adat.

Pakaian adat yang terdiri Pelimbangan dan Kurung Bantut (Pakaian Sehari-hari), selampoy (pakaian adat), Talulandom (pakaian resmi), dan Sina Beranti (pakaian Pengantin) telah menjadi karya budaya milik Suku Tidung Ulun Pagunm melalui proses rekonstruksi berdasarkan data pakaian adat Tidung di masa lalu. Pakaian Adat Suku Tidung sebagai identitas etnis dan sekaligus sebagai identitas daerah kota Tarakan memperlihatkan bagimana rekonstruksi identitas dapat terjadi.

Pula, dilansir Turbackhoax.id, salah satu akun Facebook Sejarah Tidung turut mengunggah foto seorang anak yang memakai baju adat Suku Tidung dengan disandingkan foto uang pecahan 75 ribu rupiah.

Suku Tidung merupakan suku yang tanah asalnya berada di bagian utara Pulau Kalimantan (Kalimantan Utara). Suku ini juga merupakan anak negeri di Sabah, jadi merupakan suku bangsa yang terdapat di Indonesia maupun Malaysia (negeri Sabah).

Akun Facebook Makam Raja Pandita, juga mengunggah foto pakaian adat yang sama pada 19 Mei 2016. Pada unggahan foto, pemilik akun menambahkan keterangan: "Jenis pakaian Pengantin Suku Tidung". 

Kesimpulan:

Klaim bahwa terdapat baju adat Tiongkok pada gambar pecahan uang 75 ribu rupiah adalah salah. Faktanya, Baju tersebut merupakan baju adat dari Suku Tidung, Kalimantan Utara.

Informasi ini masuk kategori hoaks jenis false context (konteks keliru). False context adalah sebuah konten yang disajikan dengan narasi dan konteks yang salah. Biasanya, false context memuat pernyataan, foto, atau video peristiwa yang pernah terjadi pada suatu tempat, namun secara konteks yang ditulis tidak sesuai dengan fakta yang ada.

Referensi:

https://perpustakaanbpnbjabar.kemdikbud.go.id/index.php?p=show_detail&id=3067

https://www.facebook.com/sejarahtidung/

https://www.facebook.com/makamrajapandita/photos/a.234941756884996/234941720218333/?type=1&theater

*Kami sangat senang dan berterima kasih jika Anda menemukan informasi terindikasi hoaks atau memiliki sanggahan terhadap hasil pemeriksaan fakta, kemudian melaporkannya melalui surel cekfakta@medcom.id atau WA/SMS ke nomor 082113322016

Sumber:

https://www.medcom.id/telusur/cek-fakta/ObzMr79N-cek-fakta-terdapat-baju-adat-tiongkok-dalam-gambar-uang-pecahan-75-ribu



Lebih baru Lebih lama