SALAM REDAKSI

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum wr wb.

Mari kita panjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah SWT. Karena dengan taufiq dan hidayahnya Media Realita News ini dapat eksis walaupun masih kurang dari kesempurnaan.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengangkat ummat Islam seluruhnya dari kebodohan menuju keilmuan yang penuh dengan pendidikan.


Dalam kesempatan ini izinkan saya mewakili Redaksi Media Realita News (MRN) mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berjasa dalam proses mendirikan Media Realita News (MRN) sebagai media group AWPI.

Pertama, kepada Bp. Ir. Nahdiyanto Ketua Umum Asosiasi Wartawan Profesional Indonesia (AWPI) yang telah bekerja sama dan mendukung sepenuhnya untuk MRN.

Kedua, kepada Bp. Soemarmo ST, selaku pembina dan rekan-rekan wartawan serta para team yang selalu memberikan dukungan.

Ketiga, kepada pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas kebaikannya dengan balasan yang lebih banyak. Amin

Kami menyadari bahwa media realita news versi online dan cetak dari media group AWPI ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang membangun dari para pembaca semua demi kesempurnaan pemberitaan dan tetap menjaga kode etik jurnalistik dan independensi berita.

Terlepas dari kekurangan-kekurangan Media Realita News ini, kami berharap semoga ini bermanfaat bagi  pembaca dan menjadikan amal soleh bagi kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin.

Sekian dan atas perhatiannya saya ucapkan banyak terima kasih.

Wassalamu Alaikum wr wb.

Pemimpin Redaksi

Ardhi Solehudin.

TUMPULNYA KECERDASAN, MATINYA KEPAKARAN MEDIS

Informasi adalah salah satu kebutuhan manusia disamping kebutuhan pokok sandang, pangan, papan dll. Pada masa awal peradaban manusia, informasi sangat dibutuhkan untuk keperluan antara lain mendapatkan informasi lokasi hewan buruan, tanah yang subur, tempat yang aman untuk berlindung, dll.

Dengan kecerdasan dan kemajuan peradaban manusia maka terciptalah alat menyampaikan informasi, dari cara sederhana seperti membuat asap, meniup terompet, membuat kentongan, dst. hingga yang cara tercanggih pada masa kini.

Seiring dengan kemajuan teknologi dan peradaban manusia pula, informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat menjadi lebih bervariasi dan berkembang. Tidak lagi hanya seputar mengenai kebutuhan pokok, tapi juga untuk memenuhi kebutuhan bersosialisasi.

Informasi yang disampaikan pun kini bentuknya lebih beragam, dari sekadar pesan tulisan, pesan gambar, hingga kini berupa pesan audio visual.

Sampai disini Anda pasti setuju bila saya katakan bahwa semua informasi dalam berbagai bentuk, hendaknya memiliki manfaat untuk penerima. 

Tapi kenyataannya, hingga era milenium ini tidak semua informasi itu disampaikan untuk mendatangkan manfaat bagi penerima. Orang-orang dengan kepentingan tertentu dapat memanfaatkan kepercayaan yang diberikan orang kepadanya untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Sejarah membuktikan bahwa informasi palsu termasuk fitnah dapat menyebabkan permusuhan, perang, genosida dan konflik yang menyebabkan perpecahan suatu bangsa, untuk memenuhi ambisi perseorangan atau kelompoknya.

Tunpulnya Kecerdasan di Era Millenium

Pada kondisi sebagian besar warga masyarakat belum memiliki kecerdasan dalam menggunakan media sosial, informasi palsu sangat mudah disebarkan. 

Kecerdasan yang dimaksud di sini adalah kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. 

Kecerdasan emosional adalah menyangkut kemampuan mengendalikan hawa nafsunya dalam menanggapi informasi. Orang yang kecerdasan emosionalnya tumpul mudah dipicu oleh informasi yang sensasional, dan enggan menelisik atau melakukan verifikasi terhadap sumber informasi.

Orang yang kecerdasan spiritualnya tumpul adalah tidak mampu memilah informasi yang baik dan tidak baik sesuai moralitas. Sebagai contoh, gemar menyebarkan informasi yang mengundang perselisihan dan permusuhan, atau menyebarkan foto-foto dan video korban pembunuhan atau korban tindak asusila misalnya. Tidak memiliki rasa empati kepada sesama (dalam hal ini terhadap korban) adalah tanda tumpulnya kecerdasan spiritual. 

Informasi palsu mudah dipercaya oleh masyarakat yang tumpul kecerdasannya

Realitas yang kita hadapi saat ini adalah lebih banyak warganet mudah mempercayai informasi-informasi sensasional yang justru disebarkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. 

Dan parahnya lagi, informasi palsu tersebut kembali dibagikan oleh orang-orang yang menurut saya terdiri dari beberapa orang dengan karakteristik sbb.

1. Informasi palsu dibagikan oleh orang yang memiliki pengaruh, termasuk disini adalah para tokoh publik dan pemengaruh (influencer)

Sebuah informasi yang dibagikan oleh tokoh masyarakat, biasanya akan langsung dipercaya oleh para pendukungnya. Mereka cenderung tidak mau melakukan cek dan konfirmasi lebih dulu.

2. Merasa perlu membagikan informasi tersebut karena butuh perhatian dalam kelompoknya

Sebuah informasi palsu sering dibagikan oleh orang yang merasa ingin berbuat sesuatu untuk kelompoknya. Mereka tidak peduli bahwa informasi ini memberikan manfaat atau tidak, yang dia harapkan hanyalah perhatian, dan  mereka cenderung tidak mau melakukan cek dan konfirmasi lebih dulu. Mungkin anda juga bisa mengenali siapa anggota group WhatsApp anda yang suka menyebarkan hoax.

3. Tidak tahu bahwa informasi tersebut adalah informasi palsu.

Sering kali informasi palsu menggunakan kata pembuka yang heboh dan sensasional, menimbulkan emosi dan memancing emosi. Akibatnya orang langsung beraksi secara spontan, tanpa melakukan cek dan konfirmasi lebih dulu. 

Menurut saya ini sebenarnya akibat dari rendahnya minat membaca sebagian besar warganet.

Dengan mengenali beberapa karakteristik tersebut di atas, kita bisa melihat bahwa maraknya informasi palsu di tengah masyarakat tidak lepas dari faktor tumpulnya kecerdasan dala menggunaka media sosial.

Dampak yang harus kita hindari dari maraknya informasi palsu pada masa pandemi seperti sekarang ini adalah turunnya kepercayaan kepada para ahli medis. 

Delegitimasi terhadap tenaga medis, dan beralihnya kepercayaan masyarakat terhadap orang-orang yang tidak menguasai dunia medis menjadi ancaman bagi matinya kepakaran dunia medis, yaitu ketika orang lebih percaya tentang pengobatan Covid-19 yang diuraikan oleh misalnya musisi atau seniman daripada kepada ahli medis yang memiliki kapabilitas dan kredibilitas di bidangnya. 

Akibatnya, hilang kepatuhan warga terhadap nasihat dan protokol kesehatan anti-Covid-19 yang diberikan oleh tenaga medis, ditolaknya kehadiran tenaga medis dan paramedis, dan bahkan mereka dianggap bagian dari konspirasi jahat untuk mengambil keuntungan ekonomi.

Kita tentu tidak mengharapkan terjadi hal demikian. Mari tetap cerdas dan menggunakan akal sehat, menjaga moral kita dan bekerja sama melawan pandemi.

Salam.

/Try Raharjo

Artikel ini telah dimuat di Kompasiana

https://www.kompasiana.com/tripujiraharjo7254/5f2d6b43097f360f10163222/tumpulnya-kecerdasan-di-abad-ke-21-matinya-kepakaran-medis

Lebih baru Lebih lama