Babinsa Repaking Koramil 17 Wonosegoro Kodim 0724/ Boyolali Serma Mustaqim melaksanakan kerja bakti pembangunan talud dan pengecoran jalan kanan kiri jembatan yang menghubungkan Dukuh Rekesan dan Dukuh Traban Desa Repaking Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali, Jumat (13/11).
BOYOLALI - Selaku aparat teritorial yang memiliki tanggung jawab terhadap desa binaannya, sudah menjadi tugas sehari-hari membantu kesulitan masyarakat dan berdampingan dengan warga sebagai wujud dan implementasi kemanunggalan TNI dan rakyat.
Peran Babinsa dalam pembangunan desa dirasakan keberadaanya oleh masyarakat seperti yang dilakukan oleh Serma Mustaqim saat gotong royong memperbaiki infrastruktur jembatan yang menghubungkan antara dua dusun.
Danramil 17 Wonosegoro Kapten Arh Iswadi Yusuf mengatakan akan selalu mengupayakan para Babinsa selalu hadir bersama warga dan memajukan desa dalam pembangunan infrastruktur, penyuluhan keterampilan, pendampingan petani menggarap lahan serta mengajak masyarakat dalam kesadaran bela negara.
Karto (60) salah satu warga Desa Repaking mengungkapkan, dengan adanya Babinsa TNI membangun jembatan di tengah masyarakat, warga jadi semangat.
”Kami senang Babinsa aktif membantu setiap kegiatan di Desa, apalagi dalam pembangunan desa, warga jadi semangat," ungkapnya.
Serma Mustaqim mengatakan, dirinya akan berusaha sekuat tenaga untuk mengabdikan diri di wilayah binaannya.
“Ada kepuasan tersendiri bila kehadiran kita bisa membantu dan bermanfaat bagi orang banyak terlebih demi kemajuan desa,” tuturnya. ***
PELATIHAN ECOPRINT DI BANK SAMPAH SRAYAN MAKARYA
PURWOKERTO - Pada hari Minggu tanggal 8 November lalu, Bank Sampah Srayan Makarya mengadakan pelatihan cara membuat motif pada kain menggunakan bahan dari daun dan bunga di sekitar rumah, melalui metode yang disebut dengan Ecoprint. Ecoprint terbentuk dari kata eco (asal kata: ekosistem) dan print yang artinya mencetak.
Hadir sebagai narasumber yaitu Ibu Suni dari lembaga penyelenggara eduwisata Bruwun Alas.
Persoalan sampah dan pencemaran lingkungan adalah masalah yang tidak dapat dianggap ringan. Persoalan tersebut harus mendapatkan perhatian serius dari seluruh lapisan masyarakat.
Dewasa ini yang menjadi perhatian secara khusus adalah persoalan sampah plastik yang nyata-nyata mengancam ekosistem manusia, satwa, dan makhluk hidup beserta lingkungan hidup pada umumnya.
Ditemukannya seekor ikan paus yang mati terdampar di perairan Pulau Kapota, Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara (19/11/2018 ) karena menelan hampir 6 kg plastik dan sandal jepit menjadi peringatan yang telah banyak membuat banyak pihak mengakui besarnya ancaman bahaya sampah plastik.
Namun demikian tidak mudah mengurangi sampah plastik karena hingga saat ini kita belum benar-benar melepaskan diri dari ketergantungan kita terhadap plastik.
Seperti dilansir Kompas, 10 September 2020, Data Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018 menunjukkan produksi sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun. Sebanyak 3,2 juta ton di antaranya merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut. Sementara itu, data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengungkapkan, komposisi sampah plastik di Indonesia terus meningkat sekitar 5 - 6 persen per tahun sejak 2000.
Dibutuhkan kebersamaan dan tekad yang kuat untuk mengatasi sampah.
Warga masyarakat harus terlibat dalam upaya mengurangi limbah plastik di lingkungan masing-masing. Kesadaran bahwa kebersihan lingkungan adalah tanggung jawab bersama harus dimiliki setiap warga masyarakat.