Belum lama ini telah beredar sebuah informasi yang menyesatkan dengan menyebutkan telah terjadi “4 Orang Alami Kelumpuhan Wajah Setelah Disuntik Vaksin Corona”. Informasi tersebut dilampiri foto yang diklaim sebagai foto relawan yang mengalami kelumpuhan otot wajah atau bell’s palsy setelah menerima vaksin Covid-19 Pfizer beredar di media sosial.
Foto itu banyak dibagikan baik di Twitter, Instagram, dan Facebook serta grup-grup percakapan WhatsApp dalam sepekan terakhir.
PEMERIKSAAN FAKTA
Untuk memverifikasi klaim tersebut, Tim Cek Fakta Tempo.co telah menelusuri jejak digital foto di atas dengan reverse image tool Google dan Bing. Hasilnya, ditemukan bahwa foto yang memperlihatkan tiga penderita bell's palsy tersebut tidak ada kaitannya dengan vaksin Covid-19 Pfizer.
Foto itu ternyata sudah sering dipakai di banyak artikel kesehatan tentang bell's palsy. Artikel-artikel ini umumnya tidak menyebut bahwa bell's palsy yang dialami tiga orang itu diakibatkan oleh vaksin Covid-19.
Di situs kesehatan BMJ Best Practice misalnya, foto itu digunakan dalam artikel yang membahas diagnosis klinis bell's palsy. Artikel ini terbit pada 20 November 2019, demikian media online nasional Tempo.co melaporkan.
Selanjutnya Tempo.co juga menjelaskan bahwa foto tersebut juga pernah digunakan oleh situs kesehatan NCCMED pada Juni 2020 dalam artikelnya berjudul "What are the causes of Bell’s palsy?". Dalam artikel ini, tidak ada penjelasan bahwa bell's palsy disebabkan oleh vaksin Covid-19. Sebaliknya, artikel itu menjelaskan bahwa Bell's paralysis, atau facial palsy, adalah lumpuh atau lemahnya otot wajah yang parah di satu sisi wajah. Hal ini diduga karena peradangan saraf yang mengontrol otot wajah.
Di Facebook, foto itu juga pernah digunakan pada 30 Juni 2020 sebagai media promosi terapi bell's palsy oleh akun yang berbasis di Manila, Filipina, Golden Ager-Physical Therapy and Caregiver Services. Selain itu, akun terapis Longevita-Centro Clinico e Fisioterapico dari Brasil juga pernah menggunakan foto tersebut pada 19 Juli 2020 untuk menjelaskan bell's palsy.
Vaksin Covid-19 dan Bell's Palsy
Berikut ini keterangan yang dikutip dari jurnal sains Nature edisi 11 Desember 2020, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) telah memberikan izin penggunaan darurat vaksin Covid-19 yang dibuat oleh Pfizer bersama BioNTech. Keputusan ini didasarkan pada data lebih dari 43 ribu relawan yang telah menerima suntikan vaksin kedua.
Analisis terhadap 170 kasus pertama Covid-19 dalam kelompok tersebut menunjukkan bahwa vaksin ini 95 persen efektif mencegah infeksi SARS-CoV-2, virus Corona penyebab Covid-19, yang bergejala. Hasil uji coba tersebut telah dipublikasikan pada 10 Desember 2020 di The New England Journal of Medicine.
Vaksin itu disebut aman, di mana uji coba menemukan efek samping yang umum terjadi, seperti kelelahan, sakit kepala, dan demam. Ditemukan pula empat kasus bell's palsy, suatu kondisi yang secara sementara melemahkan beberapa otot di wajah, di antara mereka yang menerima vaksin. Tapi FDA tidak bisa secara pasti mengaitkan kondisi tersebut dengan vaksin.
Petugas medis FDA, Susan Wollersheim, mengatakan kepada komite bahwa frekuensi bell's palsy ini tidak biasa terjadi pada populasi umum. Menurut dia, salah satu peserta penelitian yang terkena dampaknya memang memiliki riwayat kondisi tersebut.
Menurut Jason Hinman, asisten profesor neurologi dari Bell's Palsy David Geffen School of Medicine, University of California Los Angeles, bell's palsy disebabkan oleh kerusakan pada saraf kranial ketujuh, salah satu saraf wajah. "Ini bisa terjadi akibat trauma, tapi lebih sering terjadi karena infeksi virus pada saraf itu sendiri," katanya dikutip dari situs Health.
Dia menegaskan bahwa bell's palsy bukan disebabkan oleh SARS-CoV-2. Menurut dia, bell's palsy bisa disembuhkan dalam waktu singkat, hitungan minggu. Meskipun, dalam kasus yang parah, bisa menyebabkan kelumpuhan wajah permanen. Satu dari empat relawan penerima vaksin yang mengalami bell's palsy pun telah pulih.
Selain itu, dia juga menjelaskan bahwa tidak ada hubungan antara vaksin Covid-19 dan bell's palsy. Insiden ini bisa menimpa 20 orang dalam 100 ribu populasi. "Saya tidak bisa membuat koneksi langsung dengan vaksin, dan menduga ini adalah kebetulan. Insiden normal bell's palsy kira-kira 20 dari 100 ribu orang. Studi vaksin Pfizer memeriksa 38 ribu pasien. Jadi, empat kasus akan berada dalam insiden normal bell's palsy yang diamati."
Masalah serupa pernah muncul beberapa dekade lalu, ketika beberapa orang mengalami bell's palsy setelah mendapatkan vaksin influenza. Namun, tidak ada penelitian yang pernah menemukan hubungan antara vaksin flu dan bell's palsy.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan Tempo.co klaim bahwa tiga foto di atas adalah foto relawan yang mengalami bell's palsy setelah menerima vaksin Covid-19 Pfizer, keliru. Tiga foto itu kerap dipakai dalam berbagai artikel kesehatan tentang bell's palsy, bahkan sebelum vaksin Pfizer menjalani uji klinis tahap 3. Memang benar ada empat relawan uji klinis vaksin Pfizer di AS yang mengalami bell's palsy. Namun, sejumlah ilmuwan menyatakan bahwa itu adalah kebetulan. Tidak ada hubungan langsung antara vaksin dengan bell's palsy atau kelumpuhan otot wajah. Di AS, bell's palsy rata-rata dialami 20 orang dalam 100 ribu populasi.
Informasi ini dipetik dari Tempo.co yang berjudul
***
FUNGSI HUTAN BAGI KEPENTINGAN MENJAGA NORMA SOSIAL BUDAYA
Seperti telah diketahui bersama, hutan memiliki banyak fungsi yang sangat penting untuk menunjang ekosistem dan kelangsungan hidup manusia.
Data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) menyebutkan bahwa di Indonesia terdapat 28.000 jenis tumbuh-tumbuhan dan di antaranya terdapat 400 jenis buah-buahan yang dapat dimakan dan bermanfaat sebagai sumber keragaman genetik bagi program pemuliaan. Hutan Indonesia juga memiliki 7.500 jenis tumbuhan obat yang merupakan 10% dari tumbuhan obat yang ada di dunia.
Untuk melihat sendiri kekayaan sumber daya alam hutan kita, beberapa waktu lalu saya dan teman-teman saya dari Paguyuban Goramas dengan dipandu pengelola Wanawisata Curug Cipendok sempat menyusuri kawasan hutan di lereng barat Gunung Slamet, Jawa Tengah. Tepatnya di kawasan Wanawisata Cipendok menuju Telaga Pucung yang berada di Kampung Panginyongan Desa Karangtengah Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. Berikut di bawah ini adalah videonya.
Sebenarnya kami juga ingin memperlihatkan air terjun Curug Cipendok di kawasan yang dikelola oleh Perum Perhutani Jawa Tengah ini, tapi karena cuaca kemudian mulai berkabut tebal dan gerimis turun maka kami terpaksa mengurungkan niat.
Walaupun kami juga tidak sampai masuk hingga tengah hutan, tapi semoga video di atas dapat menjadi ilustrasi yang memperlihatkan kekayaan sumber daya alam hutan kita.
Yang jelas, bila sumber daya alam kita dikelola dengan baik, tepat dan bijak maka hutan akan memberi manfaat secara langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan manusia, yang tidak hanya meliputi manfaat ekonomi, tapi juga manfaat ekosistem, manfaat kesehatan, dll.
Lebih jauh lagi, hutan dapat memiliki fungsi khusus sebagai laboratorium alam yang memberikan nilai edukasi bagi kegiatan penelitian terhadap flora dan fauna, untuk keperluan riset dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan (outbound, meditasi, kegiatan religi, kepanduan, olahraga, panjat tebing, latihan dasar militer, dll.) dan juga sebagai pengembangan pariwisata.
Hutan juga dinilai memiliki posisi cukup strategis dan telah dimanfaatkan untuk kepentingan menjaga nilai-nilai sosial budaya, moral, dan religi atau kepercayaan suatu masyarakat.
Beberapa petilasan atau jejak peninggalan tokoh-tokoh legenda yang banyak ditemukan di dalam hutan kita sudah banyak diketahui menyampaikan pesan moral dan nilai-nilai spiritual untuk menjaga kelestarian alam, keharmonisan hubungan sesama makhluk hidup, dsb. Artinya bahwa hutan juga telah digunakan sebagai sarana oleh bangsa Indonesia sejak dulu untuk membentuk kearifan lokal masyarakat Indonesia, dan berfungsi menjaga nilai-nilai sosial budaya, moral dan kepercayaan masyarakat.
Seperti tampak pada video di bawah ini, anda bisa menyaksikan suasana perayaan tahun baru kalender Jawa yang diadakan oleh warga Desa Karangtengah di kawasan wanawisata Curug Cipendok, Kabupaten Banyumas. Tampak tokoh-tokoh masyarakat bersatu dengan warga desa untuk mengikuti suasana perayaan yang digelar setiap setahun sekali, dengan menghadirkan pertunjukan seni yang memberi inspirasi dan semangat positif untuk menjaga keharmonisan hubungan di antara masyarakat, di antara sesama makhluk hidup, dengan alam dan lingkungan hidupnya.
Semua potensi dan kekayaan alam yang dimiliki Indonesia pada hakikatnya merupakan anugerah Tuhan kepada bangsa Indonesia. Kita patut bersyukur atas semua anugerah tersebut. Namun kita juga wajib menjaga kelestariannya dan mengelola sumber daya alam yang melimpah itu untuk kesejahteraan seluruh bangsa.
Pandemi Covid-19 tidak seharusnya membuat kita patah semangat, meskipun kita juga tahu bahwa Covid-19 harus kita tangani dengan sebaik mungkin.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam sebuah kesempatan menegaskan bahwa pandemi ini bukan alasan atau kendala bagi kita untuk menuju negara yang maju.
Kita merasa yakin karena Indonesia memiliki modal untuk untuk dapat bersaing di dunia internasional, yaitu antara lain: letak geografis, sumber daya alam, dan jumlah penduduk yang banyak dan memiliki komposisi usia produktif untuk menciptakan dinamisme dalam perekonomian dan sosial.
Potensi sumber daya alam yang meliputi: hutan, laut, minyak bumi, gas alam, batu bara, dsb. harus dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan bangsa, sehingga menjadi modal yang efektif bagi Indonesia untuk menjadi negara maju.
Sekian dan semoga bermanfaat.
Artikel ini adalah petikan dari artikel yang telah dipublikasikan sebagai artikel berkategori Lingkungan Pilihan di Kompasiana dengan judul: