ANGGARAN KETAHANAN PANGAN 2021 DITINGKATKAN HINGGA 30%

JAKARTA - Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara menyampaikan bahwa anggaran ketahanan pangan 2021 meningkat sangat signifikan sebesar 30% dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang terjadi penurunan

Anggaran ini akan digunakan untuk program ketahanan pangan  2021 agar dapat meningkatkan produksi pangan, sebagai salah satu upaya mendukung pemulihan ekonomi.

“Kalau kita lihat anggaran ketahanan pangan dari 2016 sampai dengan 2020, trennya turun. Namun, kami akan membuat di 2021 meningkat. Kalau 2020 kemarin kami perkirakan hanya sekitar 80 triliun, maka di tahun 2021 akan menjadi 104 triliun,” ujar Wamenkeu secara daring pada Rakernas Pembangunan Pertanian Tahun 2021, Senin (11/01).

Anggaran ketahanan pangan pada tahun 2021 diberikan kepada Kementerian dan Lembaga (K/L) sebesar Rp62,8 triliun dengan rincian Kementerian Pertanian sebesar Rp21,8 triliun, Kementerian Kelautan dan Perikanan Rp6,7 triliun, dan Kementerian PUPR Rp34,3 triliun. Untuk Non K/L, alokasi APBN 2021 diberikan kepada subsidi sebesar Rp25,3 triliun dan belanja lain-lain Rp5,4 triliun. 

Sementara, Transfer ke Daerah dalam bentuk Dana Alokasi Khusus (DAK) sejumlah Rp5,6 triliun berupa DAK irigasi, DAK pertanian, DAK kelautan dan perikanan, dan DAK non fisik dana pelayanan ketahanan pangan.

“Peningkatan anggaran 2021 cukup besar. Mohon bisa digunakan secara optimal untuk membantu sektor ketahanan pangan dan juga menggiring pemulihan ekonomi Indonesia ke depan. Kami mengharapkan nanti bisa dibangun sinergi yang baik antara berbagai kementerian,” kata Wamenkeu.

Kebijakan ketahanan pangan pada tahun 2021 akan berfokus pada mendorong produksi komoditas pangan melalui membangun sarana prasarana dan penggunaan teknologi. 

Selain itu, Pemerintah juga akan merevitalisasi sistem pangan nasional dengan memperkuat korporasi petani atau nelayan dan distribusi pangan. 

Pengembangan Food Estate di Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, dan Papua (Merauke) juga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pangan melalui pemberdayaan transmigrasi atau petani eksisting dan investasi small farming.

“Sektor pertanian dan ketahanan pangan adalah mesin dari perekonomian nasional. Tenaga kerja yang dipekerjakan di sektor ini luar biasa besar dan income yang di-generate di sektor ini juga sangat besar. Sektor pertanian adalah kunci kita, kunci dalam penciptaan tenaga kerja,” ujar Wamenkeu. ***


Baca Juga:

***

MEDIA REALITA NEWS

***

[SALAH] VAKSIN BERMASALAH DAN MENGERIKAN, DISUNTIK BISA MENJADI SAKIT DAN SEKARAT

Sebuah akun media sosial Facebook mengunggah suatu artikel yang berjudul “240 Warga Israel Positif Covid-19 Usai Terima Vaksin”. Dalam narasinya, akun Facebook raden_mahesa21 ini menyatakan bahwa vaksin yang disuntikkan kepada pasien Covid-19 adalah vaksin yang bermasalah. Akun ini bahkan menambahkan bahwa, suntik vaksin dapat menimbulkan penyakit kepada pasien.

HASIL CEK FAKTA:

Namun, setelah menelusuri artikel yang dibagikan tersebut, ternyata tidak ada pernyataan bahwa penyuntikan vaksin Pfizer-BioNTech menyebabkan masyarakat Israel terjangkit virus Covid-19. Dalam penjelasannya, artikel itu menyebutkan, dari 1juta pasien yang disuntikkan vaksin, terdapat 240 orang yang masih terjangkit Covid-19. Jadi 240 orang pasien tersebut sebelumnya memang telah terjangkit Covid-19, bukan setelah dilakukannya penyuntikan vaksin.

Melansir dari artikel kompas. com, Infeksi virus Covid-19 ini masih bisa terjadi lantaran vaksin Pfizer-BioNTech yang dipakai Israel butuh waktu untuk melatih sistem kekebalan, agar dapat mengenali dan melawan penyakit. Vaksin corona buatan Amerika Serikat (AS) itu butuh dua suntikan untuk bekerja maksimal. Menurut penelitian, kekebalan terhadap Covid-19 meningkat 8-10 hari setelah suntikan pertama dan itu baru 50 persen. Suntikan kedua diberikan 21 hari setelah suntikan pertama, dan kekebalan 95 persen sesuai yang diklaim Pfizer-BioNTech, dicapai seminggu setelahnya.

Hal terkait penyakit yang timbul akibat suntik vaksin pun keliru. Dari artikel turnbackhoax. id, ditemukan sebuah artikel yang membahas tentang hoaks warga Korea Selatan meninggal akibat suntikkan vaksin. Artikel ini menjelaskan bahwa kematian dari warga Korea itu bukan diakibatkan oleh vaksinasi. Presiden Korea sendiri menjelaskan bahwa meninggalnya beberapa warga Korea bukan disebabkan oleh suntikkan vaksin, namun karena penyebab lain. Hal tersebut pun telah dibuktikan melalui hasil autopsi terhadap jenazah pasien.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa postingan raden_mahesa21 tentang vaksin bermasalah adalah tidak sesuai dengan fakta dan masuk ke dalam hoaks kategori misleading content atau konten menyesatkan.

Selengkapnya dapat dilihat melalui link

https://kalimasada.turnbackhoax.id/focus/6017


Lebih baru Lebih lama