BOYOLALI - Babinsa Bawu Koramil 18/Kemusu Kodim 0724 /Boyolali Serma Mujianto bersama Bhabinkamtibmas Polsek Kemusu Aiptu Bambang, Aipda Agus, Bribka Fauzan menghadiri undangan Konferensi Anak Cabang PAC GP Ansor Kecamatan Kemusu, di rumah seorang warga (Marno), Senin (11/01).
Serma Mujianto mengatakan kehadiran Babinsa dan Bhabinkamtibmas adalah untuk menjalin hubungan silaturahmi di wilayah binaan.
“Sudah ada perwakilan dari masing-masing desa. Siapa pun yang terpilih wajib kita dukung bersama. Ansor mempunyai sifat penolong. Kami siap mendukung bila Ansor memerlukan bantuan untuk melatih anggota Ansor,” tutur Babinsa.
Komunikasi sosial yang dilakukan dengan berbagai lapisan masyarakat ini bertujuan mempererat hubungan antara Babinsa dengan masyarakat untuk menunjang tugas pokok Babinsa menciptakan kondusifitas wilayah.
***
MEDIA REALITA NEWS
***
[SALAH] TULISAN NAJWA SHIHAB SOAL COVID-19
Beredar kembali di media sosial postingan beberapa klaim terkait covid-19. Terbaru postingan ini mengatasnamakan presenter Najwa Shihab.
Salah satu yang mempostingnya adalah akun bernama Cherry Umburuhingide Rasuh. Dia mengunggahnya di Facebook pada 3 Januari 2020.
Berikut ini kutipan postingannya:
*PENTING DIBACA DAN DIPAHAMI UNTUK DIKETAHUI.*‼*_NAJWA SIHAB KOMEN_**
KITA BUKAN BODOH TAPI DIBODOHKAN, KITA TIDAK MISKIN TAPI DIMISKINKAN OLEH SEBUAH SISTEM.
**Rapid tes itu cek darah, sedangkan covid-19 tidak masuk ke DARAH
**Rapid tes cuma cek antibodi reaktif / muncul atau non reaktif bukan cek VIRUS.
**Jika antibodi muncul /reaktif dianggap ada virus atau bakteri dan tidak tahu itu Virus atau Bakteri apa langsung vonis hasilnya POSITIF.**Orang FLU kalo ikut rapid tes hasilnya pasti POSITIF karena antibodinya reaktif muncul.
HASIL CEK FAKTA:
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dengan mengunjungi akun resmi Najwa Shihab di Instagram, @najwashihab yang sudah bercentang biru atau terverifikasi. Di sana terdapat bantahan terkait postingan soal covid-19 tersebut.
"Beredar info di WAG yang mengatasnamakan saya. Itu tidak benar, saya tidak pernah membuat tulisan ini," ujar Najwa dalam Instagram stories yang diunggah 6 Januari 2021.
Terkait isinya, postingan serupa pernah ditulis Cek Fakta Liputan6.com dalam artikel berjudul "Cek Fakta: Viral Postingan Berisi Klaim terkait Covid-19, Simak Fakta Sesungguhnya" yang tayang 29 Desember 2020.
Di sana terdapat penjelasan dari dr RA Adaninggar, SpPD. Dia membantah semua klaim dalam postingan tersebut.
"Tidak benar kalau covid-19 tidak masuk ke darah. Beberapa bukti jurnal sudah dipublikasikan kalau covid-19 masuk ke darah kita," ujar dr Adaninggar, Selasa (29/12/2020).
Terkait rapid test antibodi reaktif dianggap ada virus atau bakteri dan dianggap positif juga merupakan misinformasi.
"Rapid test antibodi memang memeriksa antibodi yang terbentuk di dalam tubuh manusia sebagai wujud respons tubuh terhadap infeksi. Antibodi yang terbentuk bersifat sangat spesifik tergantung infeksi kuman yang menyerang."
"Alat rapid test yang dibuat juga bersifat spesifik artinya hanya bisa mengikat antibodi yang spesifik terhadap SARS CoV2. Hasil reaktif palsu memang bisa terjadi pada infeksi virus yang strukturnya mirip dengan SARS CoV2 jadi antibodinya bisa salah mengenali. Tapi kejadian ini sangat jarang tergantung akurasi alat juga," ujar dr Ning menjelaskan.
"Hasil reaktif antibodi tidak pernah dianggap positif. Ini adalah suatu misinterpretasi di masyarakat akibat kurang pengetahuan yang akhirnya mengakibatkan stigma."
Untuk klaim yang menyebut orang flu kalau dirapid test akan positif, dr Adaninggar menjelaskan hal itu tidak selalu.
Ia menyebut virus yang bisa menyebabkan hasil reaktif palsu pada pemeriksaan antibodi covid adalah infeksi oleh virus corona jenis lain dan virus dengue. Sehingga jika flunya disebabkan coronavirus jenis lain maka terdeteksi.
Sedangkan jika penyebab flu adalah virus influenza atau bakteri maka tidak akan bereaksi silang dengan antibodi covid karena struktur virus dan bakteri sangat berbeda.
Ia juga membantah klaim yang menyebut PCR hanya bisa mendeteksi ada tidaknya virus tapi tidak bisa membedakan virus apa.
"PCR betul bisa mendeteksi materi genetik virus tapi tidak bisa melihat apakah virus masih aktif atau tidak. Namun PCR didesain dengan sangat spesifik. Pemeriksaannya menggunakan reagen cetakan primer gen dari virus/bakteri yang akan diperiksa."
"Jadi bila akan memeriksa virus SARS CoV2 ya yang digunakan adalah cetakan gen SARS CoV, demikian juga kalau mau memeriksa TBC/virus yang lain, digunakan cetakan gen masing-masing. Jadi sangat spesifik. Bila hasil positif, ya 99-100 persen memang didapatkan gen SARS CoV2 sesuai primer gen yang dipakai," ujarnya.
Terkait klaim yang menyebut tidak ada yang meninggal dunia murni karena covid-19 adalah tidak benar. Dalam penelitian otopsi di luar negeri banyak bukti bahwa seseorang meninggal dunia murni karena covid-19, hal ini bisa dilihat pada tanda-tanda khas yang tidak ditemukan pada infeksi lain.
Dalam data statistik di www.covid-19.go.id juga menunjukkan tidak 100 persen pasien meninggal dunia dengan penyakit penyerta. Berikut link untuk melihat statistik lengkapnya...
Terkait media yang menambah data positif setelah melihat rapid tes antibodi reaktif juga tidak benar. Pasalnya yang dikelompokkan sebagai kasus konfirmasi adalah kasus yang dikonfirmasi dari hasil swab PCR bukan dari hasil rapid test antibodi.
Selengkapnya dapat dilihat melalui link
https://kalimasada.turnbackhoax.id/focus/6021