PATIKRAJA - Pimpinan, seluruh staf dan jajaran wartawan media cetak dan online Media Realita News merayakan hari jadi ke-4 di kantor Redaksi yang terletak di Jl. Raya Patikraja Banyumas No. 14, Kecamatan Patikraja, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu (9/1/21).
Dari berbagai biro se-Jawa Tengah wartawan berkumpul dan merayakan HUT ke -4 di kantor Redaksi secara sederhana, dan penuh kebersamaan untuk mempererat tali silaturahmi dan soliditas. Acara yang dipandu oleh Tulus Pratomo ini dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan demi menjaga kesehatan bersama.
Dalam sambutannya Pimpinan Redaksi Ardhi Solehudin yang biasa disapa Ardhi memberikan masukan kepada seluruh anggota wartawan yang bergabung di Media Realita News untuk selalu mentaati UU No. 40 tahun 99 tentang Pers dan kode etik jurnalistik.
"Semoga Media Realita News bisa lebih baik lagi dan bisa bersinergi baik dengan instansi manapun," ujarnya.
Acara ini dihadiri oleh Muspika Kecamatan Patikraja yaitu Serka Khamidin dari Koramil Patikraja dan Aiptu Joko Hari Nugroho dari Polsek Patikraja selaku Babinkamtibmas Desa Patikraja.
Dalam sambutannya Aiptu Joko HN meminta wartawan terus bersinergi dengan TNI atau Polri, karena peran media sangat penting untuk bersama menjaga kondusivitas. Ia juga mengucapkan terima kasih atas penghargaan yang diberikan dalam rangka hari jadi Media Realita News.
Acara puncak HUT k-4 Media Realita News ini berupa pemotongan tumpeng yang dilakukan oleh Pimpred untuk kemudian diserahkan kepada Waka Pimpred Hadi Try Wasisto R, setelah sebelumnya didahului dengan doa yang dipimpin oleh Ust. Abas Rosadi.
Kegiatan ini adalah sebagai bentuk rasa syukur bahwa Media Realita News bisa eksis menerbitkan berita aktual dan terpercaya. ***
/Wildan
KORPOLAIRUD BAHARKAM POLRI KERAHKAN ARMADA KAPAL PATROLI DAN HELIKOPTER UNTUK CARI PESAWAT SRIWIJAYA AIR
[SALAH] TULISAN NAJWA SHIHAB SOAL COVID-19
Beredar kembali di media sosial postingan beberapa klaim terkait covid-19. Terbaru postingan ini mengatasnamakan presenter Najwa Shihab.
Salah satu yang mempostingnya adalah akun bernama Cherry Umburuhingide Rasuh. Dia mengunggahnya di Facebook pada 3 Januari 2020.
Berikut ini kutipan postingannya:
*PENTING DIBACA DAN DIPAHAMI UNTUK DIKETAHUI.*‼*_NAJWA SIHAB KOMEN_**
KITA BUKAN BODOH TAPI DIBODOHKAN, KITA TIDAK MISKIN TAPI DIMISKINKAN OLEH SEBUAH SISTEM.
**Rapid tes itu cek darah, sedangkan covid-19 tidak masuk ke DARAH
**Rapid tes cuma cek antibodi reaktif / muncul atau non reaktif bukan cek VIRUS.
**Jika antibodi muncul /reaktif dianggap ada virus atau bakteri dan tidak tahu itu Virus atau Bakteri apa langsung vonis hasilnya POSITIF.**Orang FLU kalo ikut rapid tes hasilnya pasti POSITIF karena antibodinya reaktif muncul.
HASIL CEK FAKTA:
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dengan mengunjungi akun resmi Najwa Shihab di Instagram, @najwashihab yang sudah bercentang biru atau terverifikasi. Di sana terdapat bantahan terkait postingan soal covid-19 tersebut.
"Beredar info di WAG yang mengatasnamakan saya. Itu tidak benar, saya tidak pernah membuat tulisan ini," ujar Najwa dalam Instagram stories yang diunggah 6 Januari 2021.
Terkait isinya, postingan serupa pernah ditulis Cek Fakta Liputan6.com dalam artikel berjudul "Cek Fakta: Viral Postingan Berisi Klaim terkait Covid-19, Simak Fakta Sesungguhnya" yang tayang 29 Desember 2020.
Di sana terdapat penjelasan dari dr RA Adaninggar, SpPD. Dia membantah semua klaim dalam postingan tersebut.
"Tidak benar kalau covid-19 tidak masuk ke darah. Beberapa bukti jurnal sudah dipublikasikan kalau covid-19 masuk ke darah kita," ujar dr Adaninggar, Selasa (29/12/2020).
Terkait rapid test antibodi reaktif dianggap ada virus atau bakteri dan dianggap positif juga merupakan misinformasi.
"Rapid test antibodi memang memeriksa antibodi yang terbentuk di dalam tubuh manusia sebagai wujud respons tubuh terhadap infeksi. Antibodi yang terbentuk bersifat sangat spesifik tergantung infeksi kuman yang menyerang."
"Alat rapid test yang dibuat juga bersifat spesifik artinya hanya bisa mengikat antibodi yang spesifik terhadap SARS CoV2. Hasil reaktif palsu memang bisa terjadi pada infeksi virus yang strukturnya mirip dengan SARS CoV2 jadi antibodinya bisa salah mengenali. Tapi kejadian ini sangat jarang tergantung akurasi alat juga," ujar dr Ning menjelaskan.
"Hasil reaktif antibodi tidak pernah dianggap positif. Ini adalah suatu misinterpretasi di masyarakat akibat kurang pengetahuan yang akhirnya mengakibatkan stigma."
Untuk klaim yang menyebut orang flu kalau dirapid test akan positif, dr Adaninggar menjelaskan hal itu tidak selalu.
Ia menyebut virus yang bisa menyebabkan hasil reaktif palsu pada pemeriksaan antibodi covid adalah infeksi oleh virus corona jenis lain dan virus dengue. Sehingga jika flunya disebabkan coronavirus jenis lain maka terdeteksi.
Sedangkan jika penyebab flu adalah virus influenza atau bakteri maka tidak akan bereaksi silang dengan antibodi covid karena struktur virus dan bakteri sangat berbeda.
Ia juga membantah klaim yang menyebut PCR hanya bisa mendeteksi ada tidaknya virus tapi tidak bisa membedakan virus apa.
"PCR betul bisa mendeteksi materi genetik virus tapi tidak bisa melihat apakah virus masih aktif atau tidak. Namun PCR didesain dengan sangat spesifik. Pemeriksaannya menggunakan reagen cetakan primer gen dari virus/bakteri yang akan diperiksa."
"Jadi bila akan memeriksa virus SARS CoV2 ya yang digunakan adalah cetakan gen SARS CoV, demikian juga kalau mau memeriksa TBC/virus yang lain, digunakan cetakan gen masing-masing. Jadi sangat spesifik. Bila hasil positif, ya 99-100 persen memang didapatkan gen SARS CoV2 sesuai primer gen yang dipakai," ujarnya.
Terkait klaim yang menyebut tidak ada yang meninggal dunia murni karena covid-19 adalah tidak benar. Dalam penelitian otopsi di luar negeri banyak bukti bahwa seseorang meninggal dunia murni karena covid-19, hal ini bisa dilihat pada tanda-tanda khas yang tidak ditemukan pada infeksi lain.
Dalam data statistik di www.covid-19.go.id juga menunjukkan tidak 100 persen pasien meninggal dunia dengan penyakit penyerta. Berikut link untuk melihat statistik lengkapnya...
Terkait media yang menambah data positif setelah melihat rapid tes antibodi reaktif juga tidak benar. Pasalnya yang dikelompokkan sebagai kasus konfirmasi adalah kasus yang dikonfirmasi dari hasil swab PCR bukan dari hasil rapid test antibodi.
Selengkapnya dapat dilihat melalui link