Banyumas, Media Realita News Com - Ketika pertama kali mendengar kata Pengacara/Advokat, pasti deh, yang terbesit pertama kali di pikiran kita aroma -aroma kemewahan, mobil keren, pintar, sekertaris yang cantik dan aduhai, pokoknya yang necis dan mbois.
Stigma kebanyakan orang terhadap profesi advokat, seakan jauh dari kemiskinan. Padahal kenyataannya dompet kita juga sering mengandung bawang.
Huh, banyak sekali orang yang pengen menjadi seorang advokat, hanya karena melihat permukaannya saja. Hmm, belum tau dia, beratnya hidup jadi advokat.
Kalian tahu gak, dibalik images gemerlapnya profesi advokat, sistem kerjanya itu tidak mudah lho. Teruntuk kalian yang lemah, gak kuat fisik dan mental, jauh jauh sana deh. Seperti kata Spiderman, "Dalam kekuatan yang besar terdapat pula tanggung jawab yang besar,"
Itulah pas untuk menggambarkan sosok Sri Wityasno, SH. Pria kelahiran Purwokerto, menjadi seorang advokat atas terinspirasi dari diri sendiri, oleh karena disebabkan oleh tantangan alam disebabkan dalam menjalankan usaha bisnisnya hancur akhirnya terjun sebagai profesi advokat.
Sejak kecil, Ki Sriwit - sapaan intimnya mempunyai jiwa seni dan pernah kuliah satu tahun di Institut Seni Indonesia, lalu beralih ke Fakultas Hukum di Universitas Islam Indonesia di Jogjakarta dan lulus pada tahun 1998.
Karena itu, ia tahu persis bagaimana tantangan, cobaan, dan liku liku yang di hadapi sebelumnya. "Yang menarik adalah saat masih menjadi honorer di kantor BPN dan kerja di sebuah Bank tantangan menghadapi banyak kolektor saat membela orang yang lemah yang tersandung hukum tanpa dibayar seperser pun. Itulah yang mendorong saya, memutuskan menjadi advokat sebagai profesi," tutur ki Sriwit.
Selepas kuliah Ilmu Hukum di Universitas Islam Indonesia Jogjakarta pada 1998, Ki Sriwit banyak belajar dan bergabung di kantor Advokat Dr. Junianto S.H,.M.Kn & Partners Law Office. Idealismenya sebagai advokat, mendapat tempat. Filosopi beracara oleh pimpinannya, semakin meneguhkan keyakinan untuk menekuni profesi advokat. Yakni, saat melakukan pembelaan tetap menjunjung kejujuran dan etika, imbuhnya.
" Prinsip yang ditanamkan pimpinan pada kami saat melakukan pembelaan adalah jangan pernah memenangkan perkara dengan kebohongan, memutar - balikkan fakta, dan memalsukan alat bukti,". Dan prinsip ini yang dipegangnya erat - erat.tuturnya.
Namun, bagi pria dengan hobi memakai anting anting dan jiwa seni ini, kondisi itu menjadi tantangan tersendiri baginya dalam melakukan pembelaan. Tampaan sang pimpinan (Dr. Junianto,S.H., M.Kn) yang sangat keras, membuatnya tak pernah takut. Berani minta maaf jika melakukan kesalahan-kesalahan. Dan, jangan pernah takut jika benar. Serta, jangan pernah bikin jelek nama kantor. " Karena kantor kitalah tempat belajar, menimpa ilmu, dan mencari nafkah," ucapnya.
Jadi seorang advokat juga dituntut untuk bijak dan berpikir dewasa walaupun kita masih muda. Kenapa gitu ? Karena dalam prakteknya kadang - kadang seorang advokat harus bisa menasehati klien, walaupun secara usia si klien lebih tua dari advokat.
Apa prinsip hidup Anda ? " Perbaiki kesalahan kita, karena dunia ini selalu memberi ujian dan cobaan. Bertahanlah serta berkembanglah pada posisi yang tepat dan benar. Dan, jangan pernah berharap pada manusia. Tapi, selalu berharaplah pada Tuhan."(Red) ***