Masyarakat Tegalsari Gelar Sarasehan Budaya untuk Menjaga Keaslian Sejarah Makam Mbah Genuk

 

𝙎𝙚𝙢𝙖𝙧𝙖𝙣𝙜, 𝙢𝙚𝙙𝙞𝙖𝙧𝙚𝙖𝙡𝙞𝙩𝙖𝙣𝙚𝙬𝙨 𝙘𝙤𝙢 -   Bertempat di kawasan bekas Wonderia, masyarakat Tegalsari bersama sejumlah komunitas budaya mengadakan acara Sarasehan Budaya untuk melestarikan warisan budaya dan memperkuat identitas sejarah lokal. Fokus utama acara adalah mempertahankan keaslian Makam Mbah Genuk, yang belakangan ini diklaim sebagai bagian dari keturunan Ba'alawi dengan nama baru “Wali Agung Semarang Raden Wirokusumo Negoro Mbah Kyai Genuk Bendhara Sayyid Awal Al Habib Awat Bin Samsuddin Hasan Bin Yahya Al Husaini Ba’alawi.”


Menolak Distorsi Sejarah


Menurut Pak Kusriyanto atau Pak TG, salah satu tokoh budaya, klaim tersebut dianggap sebagai bentuk pembelokan sejarah yang bertentangan dengan tradisi masyarakat setempat. Ia menyayangkan keberadaan papan nama di makam yang dipasang tanpa persetujuan warga pada 2022, yang dinilai merusak identitas budaya asli.


“Toponimi Mbah Genuk adalah bagian dari sejarah Tegalsari. Tidak ada kaitannya dengan narasi yang mencoba menghubungkan makam ini dengan keturunan Bin Yahya,” tegas Pak TG.


Pelestarian Tradisi dan Warisan Leluhur


Acara yang dimulai pukul 21.30 ini diawali dengan doa oleh Romo Lilik, dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng sebagai simbol persatuan masyarakat dan pegiat budaya. Tokoh masyarakat seperti Mbah Ramli (74 tahun), Mbah Roso, Ki Jagad Raga, serta sejumlah budayawan dan aktivis turut hadir untuk memberikan dukungan.


Para peserta menyepakati beberapa langkah penting:


1. Mengembalikan Identitas Makam: Menghapus klaim Ba'alawi dan memulihkan nama asli Mbah Genuk.


2. Penggalian Data Sejarah: Mencari bukti empiris yang mendukung keaslian sejarah makam.


3. Pendirian Komunitas Budaya: Membentuk wadah komunikasi untuk menjaga warisan leluhur.


Melawan Pemalsuan Sejarah


Kang Pri, salah satu pegiat budaya yang hadir, mengingatkan pentingnya mempertahankan nilai-nilai lokal. “Kita tidak boleh diam saat warisan budaya leluhur dirampas atau dipalsukan. Ini bukan hanya soal sejarah, tapi juga identitas kita sebagai masyarakat Tegalsari,” katanya.


Acara Sarasehan Budaya ini mendapat dukungan penuh dari warga Tegalsari dan komunitas budaya. Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal untuk melestarikan warisan budaya lokal dan melawan segala bentuk pemalsuan sejarah.


Reporter: ANNAJATI

Lebih baru Lebih lama