Solidaritas Kebersamaan: Jurnalis Cilacap Rayakan Lebaran di Tengah Keterbatasan


𝑪𝒊𝒍𝒂𝒄𝒂𝒑, 𝒎𝒆𝒅𝒊𝒂𝒓𝒆𝒂𝒍𝒊𝒕𝒂𝒏𝒆𝒘𝒔 𝒄𝒐𝒎 -  Idul Fitri  seharusnya dirayakan dengan suka cita. Namun, bagi sebagian jurnalis di Cilacap, Lebaran tahun ini terasa pahit. Bukan hanya absennya Tunjangan Hari Raya (THR),  namun juga minimnya pendapatan, bahkan ada yang sama sekali tak digaji oleh perusahaan tempat mereka bekerja.

 

Martin, seorang jurnalis muda di sebuah media online lokal, mengungkapkan kepiluannya.  “Bukan hanya THR yang tak ada,  tapi gaji pun tak selalu lancar,” ujarnya. 


 Rencana memberikan parsel untuk ibunya terpaksa ditunda karena minimnya penghasilan.  Kondisi ini memaksa Martin dan banyak rekan seprofesinya untuk merayakan Lebaran dengan penuh keterbatasan.

 

Keadaan serupa dialami banyak jurnalis di Cilacap. Melalui grup pesan, mereka saling berbagi keluh kesah, mengungkapkan realita pahit minimnya pendapatan, bahkan ketiadaan gaji sama sekali. Namun, di tengah kekecewaan, muncul pula semangat solidaritas yang menyatukan mereka. 

Inisiatif untuk saling membantu pun bermunculan.

 

“Saya dan beberapa teman, termasuk Marjuki Wiyono dan beberapa rekan lainnya, sepakat untuk patungan, membeli bingkisan kecil untuk orang tua masing-masing,” ungkap Martin.


 Inisiatif ini menjadi bukti nyata bahwa di tengah kesulitan ekonomi, persaudaraan dan kebersamaan tetap terjaga. 

Marjuki Wiyono, dengan pengalamannya yang lebih senior, bahkan turut mendorong semangat kebersamaan ini.

 

Bagi Martin, patungan tersebut lebih bermakna daripada THR dan gaji yang tak diterima. “Meskipun jumlahnya tak seberapa, rasa kebersamaan dan dukungan dari teman-teman seprofesi, termasuk Mas Marjuki dan kawan-kawan, jauh lebih berharga,”  ungkapnya. Ia pun merayakan Lebaran dengan rasa syukur, menemukan kehangatan di tengah keterbatasan finansial. Lebaran tahun ini, THR persahabatan menjadi pengganti THR dan gaji yang tak ada. Kisah Martin dan rekan-rekannya, termasuk Marjuki Wiyono cs, menjadi cerminan semangat kebersamaan dan solidaritas di tengah tantangan ekonomi yang sangat berat.


Penulis: pewarta yang terabaikan

Lebih baru Lebih lama